Rabu, 19 Agustus 2015

Salah terapi di chiropractic merenggut nyawa adikku dalam waktu 6 jam

Adik kami, Chicha, lahir di suatu hari di bulan Desember 1982. Saya ingat sekali, mama pamit pergi makan malam dengan kakak-kakaknya yang akhirnya berakhir di rumah sakit karena mama tiba-tiba pecah ketuban dan langsung dibawa ke rumah sakit. Papa sedang berada di luar kota waktu itu. Sesampainya di rumah, papa segera ke Bandung, waktu itu memang kami sedang berdomisili di Cimahi karena papa bertugas sebagai kepala cabang PLN di kota tersebut.



Allya Siska Nadya atau sering dipanggil dengan nama kecil Chicha, lahir dengan berat 4 kilo. Dia adalah bayi yang cantik. Meskipun mengharapkan adik laki-laki ternyata memiliki adik bayi perempuan sangat menyenangkan. Walaupun kadang kami suka jahil kepadanya. Chicha adalah tipikal anak ke 4, cerdas, kemauannya keras, halus tutur bahasanya, sungkan merepotkan orang dan dia sangat peduli dengan orang sekitarnya. Pernah suatu kali saat duduk di kelas 2 di SD St. Theresia, Padang, dia datang mengoleh-olehi mama 1 tusuk sate dan 1 buah ketupat dengan meminjam uang dari supir. Dan kebiasaan mengoleh-olehkan orang di rumah pun berlanjut sampai dia dewasa. Mungkin hanya buah tangan kecil tapi kami jadi tahu bahwa dia ingat pada kami.

Papa pindah-pindah dinas ke beberapa kota. Salah satu kota yang akhirnya terasa menjadi rumah ke dua adalah Bali. Kami menghabiskan masa SMA kelas 2 di sana, yang akhirnya Vida memutuskan untuk berangkat sekolah di Amerika saat kami duduk di kelas 3 SMA. Sebenarnya aku berangkat ke Amerika hanya untuk menemani Vida walaupun akhirnya kami ternyata hidup di kota yang berbeda dan sangat jauh satu sama lain.

Sekembalinya dari Amerika itu aku melihat adik kecilku sudah tumbuh dewasa. Dia menjadi gadis cilik. Dan ternyata melihat kami merantau, adik kami mulai punya keinginan untuk merantau juga. Saat itu sulit membayangkan bahwa adik kecil kami yang biasa kami manja akan bisa hidup mandiri, sendiri dan jauh dari orang tua dan keluarga. Chicha mengikuti jejak kami untuk berkuliah di QUT Australia.

Sekembali dari sana Chicha sempat bekerja di beberapa tempat. Ternyata seselesai kuliahnya jiwa berpetualangnya tak terbendung. Karena dirinya aktif di AISEC, dia mengikuti program magang di Tunisia. Begitu bersemangatnya dia mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke Tunis dia membekali dirinya dengan mengikuti bahasa Perancis.

Jujur, kami sempat khawatir melepasnya sendiri di negara Arab. Tapi ternyata Tunisia sangat modern. Ternyata Chicha mempunyai ketertarikan dengan budaya arab. Setelah bahasa Perancis, dia pun membangun minat pada bahasa arab. Tanpa sepengetahuan kami, chicha mendaftarkan dirinya di sebuah universitas di Amman, Jordania. Tapi ternyata Chicha tidak terlalu betah disana. Bernegosiasi dengan orang arab itu sulit dan mereka sering kali menyulitkan wanita. Akhirnya Chicha kembali sebelum genap setahun tinggal. Selama disana Chicha berhasil membawa mama untuk melihat Petra, Syria, semua tempat yang kini tidak mungkin dikunjungi karena konflik Timur tengah yang berlangsung hingga saat ini.


Sebagai wanita, Chicha punya jiwa bertualang dan berani. Sering kali aku berpikir:”Gimanalah makan si Chicha?” Tapi dia selalu kembali dengan keadaan happy. Jadi aku yakin sekali adikku ini pintar hidup. Pernah suatu kali, Chicha pergi ke Toraja. Perjalanan tersebut memakan waktu 10 Jam dari Makassar. Ternyata perjalanan tersebut menghasilkan foto-foto perjalanan yang luar biasa indahnya. Dan sedihnya aku tidak pernah tahu betapa berbakatnya dia. Foto-foto tersebut baru aku lihat setelah Chicha tiada. Itulah adikku, begitu pendiamnya sampai aku sendiri tidak tahu hal-hal yang menakjubkan tentang dirinya.


Tahun ini adik kecilku kembali pergi merantau untuk mengejar pendidikan S2nya. Pilihan jatuh ke Lille, Perancis. Menurut rencana Chicha harus tiba di sana sebelum tanggal 20 Agustus 2015. Begitu Visa Perancisnya keluar, Chicha akan berangkat pada tgl 18 Agustus 2015. Karena saya sudah berencana untuk hijrah ke Australia tahun depan, aku pun benar-benar ingin menghabiskan waktu untuk adikku. Jadi sepulang dari Canberra tgl 2 Agustus kemarin, aku tinggal semalam untuk bertemu dengan papa, mama dan Chicha.

Suatu malam yang merenggut separuh hati kami. 

Semenjak tahun 2014 Chicha didiagnosis mempunyai kelainan tulang belakang yang disebut Kyphosis. Kyphosis adalah kondisi dimana tulang belakang membengkok secara berlebihan. Hal ini bisa terjadi karena banyak hal misalnya kebiasaan duduk yang salah atau membawa barang-barang yang berat seperti laptop.  Scoliosis adalah kelainan tulang punggung berbentuk huruf 'S'. Kedua kondisi tersebut membuat adik kami sering mengeluh sakit di daerah punggung atas. Beberapa temannya mengetahui kondisi tersebut karena cica bercerita kepada mereka tentang kondisi tersebut di tahun 2011. Dokter menyarankannya untuk MRI dan CT scan sebagai persiapan untuk operasi. Aku menyarankan dirinya untuk beryoga, atau berpilates. Kebetulan, aku dan Vita memiliki studio pilates. Klien kami pun beberapa adalah orang dengan keluhan sakit punggung ataupun trauma karena jatuh.

Meskipun keadaan tubuhnya begitu, Chicha tidak menjadi manja. Dia tetap bersemangat bekerja walaupun aku tahu tubuhnya seperti tidak kuat. Tiap kali aku datang di hari Sabtu- Minggu untuk menginap di rumah mama, pasti tukang pijit datang untuk membantunya memulihkan stamina. Beberapa kali dia pergi infus Vitamin B karena ingin tetap bekerja di hari berikutnya. Adikkku ini keras kemauan dan mandiri. Meskipun orang tua kami sangat mampu dan memanjakannya, dia lebih suka menikmati hasil jerih payahnya sendiri.


Karena kesibukannya bekerja hal-hal yang aku sarankan tidak sempat dia kerjakan. Hari itu 6 Agustus 2015, mama mengirimkan pesan bbm supaya kami berkumpul week-end itu menjelang keberangkatan Chicha. Berat hati kami melepasnya tapi kami tahu bahwa ‘travelling dan belajar’ adalah panggilan hati Chicha. Selama Chicha bahagia, kami pun bahagia. Kami pun setuju untuk berkumpul.

Saat aku sedang tidur, tiba-tiba handphoneku berbunyi, kulihat nama kakakku Vida tertera disitu. “Ya Vid?”..”Vir, Chicha sekarang sedang di RSPI, dia sakit punggung sampai dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia mau dipasang ventilator,” Vida terdengar sedih. “Hah?!!! Kenapa? Sudah telp Vita? Kenapa Chicha” Saat itu dipikiranku Vita yang dapat memberi saran, Vita seorang pilates instruktur, dia belajar anatomi dan otot. Pasti Vita bisa mengurutnya, apalagi kalau hanya kecetit.

“Dia pergi ke chiropractic di Pondok Indah Mall tadi siang, eh tau2 jadi begini.” “Vita tidak bisa dihubungi. Lo bisa ga kesini?” Bingung luar biasa, sementara suami sedang jauh dan pembantu hanya 1 orang. Dan waktu saat itu menunjukkan pukul 2.56 dini hari. Akhirnya kukirim pembantu laki-lakiku pergi menembus malam untuk menggedor pintu adikku.

“ Ya Vir?” tanya Vita. “Vit, Chicha di emergency RSPI dia sakit punggung katanya sekarang dia ga sadar.” Vita kaget luar biasa, belum pernah kami mendengar orang sakit punggung sampai pingsan bahkan sampai dibawa ke UGD. Dari pengalaman kami di studio, kami sangat berhati-hati sangat menterapi klien kami. Tidak pernah kami memaksakan 1 gerakanpun untuk klien-klien. Akhirnya setelah berembuk dengan Vita, kuputuskan untuk membawa anak-anak ke rumah mama di tanah kusir. Kuberanikan diri pergi dengan taxi pada jam 3.30 pagi.

Setelah mengantar anak-anak aku langsung bergegas ke RSPI. Sesampai disana, kulihat Chicha terbaring lemah tak sadarkan diri denyut nadinya berada di angka 70-40, punggung kanan atasnya membengkak. Aku panik, kupanggil-panggil namanya. Dua orang dokter terlihat mengawasinya. Kucari mama, aku tahu mama pasti hancur hatinya bila terjadi sesuatu yang buruk pada adikkku. Mama terduduk lemas dipojok ruangan, wajahnya khawatir, papa terlihat mondar mandir mendatangi dokter. Diagnosa saat itu adalah pecah pembuluh darah. Kudampingi mama, tak lama tante dan omku datang untuk melihat Chicha.

Setengah jam berada disana, kulihat Vita mengabarkan bahwa Chicha sadarkan diri. Tetapi karena Chicha ada kecenderungan untuk meronta-ronta dan melepaskan alat2 bantunya maka dokter memutuskan untuk memberikan tambahan obat penenang. Sedikit lega dan optimis kami saat itu. Dengan perasaan was-was kudatangi adikku. Semoga semua baik-baik saja dan rencana berangkat tetap dijalankan.

Tiba-tiba Chicha membuka matanya dan meringis, alat bantu pernafasan dimuntahkannya. “Sakit Cha?” tanyaku. “iya,”jawabnya lirih. “Mau miring Cha?” tanyaku lagi. “iya.” Tiba-tiba Chicha meringis kembali, matanya terlihat seperti merasakan sakit, bibirnya pucat dan tangannya terasa dingin. Aku mencoba menenangkan dia dengan hipnoterapi, supaya dia tenang dan rasa sakitnya bergeser.


Saat aku berkata,” Cha, bayangkan tempat yang indah Cha, dimana Chicha happy sekali.” Kulihat matanya seperti melihat sesuatu lalu nadinya berubah menjadi datar. Dokter dan perawat-perawat segera berhamburan. Dokter memompa jantungnya setengah jam. Mama kelihatan menyerah, " Tolonglah bimbing dia Vir," mama memintaku dengan berair mata.

Tanda- tanda vital Chicha akhirnya melemah. Kami harus merelakan Chicha pergi. Rumah sakit mengumumkan jam 6.15 sebagai waktu Chicha meninggal, tapi kami yakin pada pukul 5.45 Chicha sudah pergi. Dengan perasaan sedih, dada serasa dicabik- cabik dan air mata berlinang, aku pun mengumumkan: Innalillahi wa’inna illaihi raa’jiun, telah berpulang ke rahmatullah adik, saudara perempuan kami yang tercinta: Allya Siska Nadya hari ini di RSPI, jenazah akan disemayamkan di rumah duka Jl. Bintaro Raya.

Sebegitu cepatnya kamu pergi Cha. Kepergian Chicha menyisakan pertanyaan. Bahkan kami pihak keluarga pun sampai tidak sanggup menjawab karena kami tidak tahu persis apa yang terjadi dengan Chicha sehingga begitu fatal. Kami sedang mengusut masalah ini. Tetapi yang kami ketahui pada hari Kamis Chicha pergi menemui seorang chiropractic bernama Dr. Randall Caferty yang berpraktek di Chiropractic First, Pondok Indah 2x, pada jam 1 siang dan pada jam 7 malam harinya. Lalu jam 11.30, ayah kami dibangunkan oleh alm yang mulai merasakan sakit yang luar biasa pada punggungnya.

Untuk itu kami butuh dukungan dan doa supaya kasus seperti ini tidak terulang kembali. Please follow my sister’s instagram: @dreamersepiphanies to show your support.

If you have similar story about mispractice in chiropractic table, please share your story by sending me an email  to enatliya@gmail.com. We need a change here! Better regulations, better rules,  licensed of practice to avoid another tragedy.

For further reading please read: https://www.sciencebasedmedicine.org/stroke-death-from-chiropractic-neck-manipulation/ 



26 komentar:

Vinca Vinenska mengatakan...

Mudah2an segera terungkap penyebab kepergian Chicha.....love you cha.....berilah tempat selayak2nya disisimu ya Allah....amin

Unknown mengatakan...

Halo Vira... salam kenal, saya tahu info ttg chicha dari Sophie krn saat ini sy jg sedang ke chiro, paketnya masih ada 10x lagi adjustment.

Kl boleh tahu, chicha ke chiro mana?

Thank you ya, dan turut berduka cita sedalam2nya, saya tahu rasanya ditinggal orang yg kita cintai, apalagi mendadak begini.

Unknown mengatakan...

Saya ga bisa sebut nama dl mba krn takutnya dinilai mencemarkannama baik. Silahkan ambil kesimpulan sendiri dari cerita saya. Asal anda tahu, menurut sekrg dokter terkenal di RSPI Chiropractic itu ijinnya dikeluarkan dep Pariwisata bukan Dep Kes. Sementara mereka mengaku medis. Menurutku ga worth it ya, byr mahal dgn resiko nyawa.

indonesiamerdeka mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Membongkar Kebohongan mengatakan...

Cerita HOAX, mengapa demi promosi studio Pilates milik anda, sampai perlu anda ngarang cerita fiktif yang tak ada dasar dan buktinya?

Cerita panjang-lebar dari Timur sampai Barat, ujung-ujungnya ketahuan pesan terselipnya: PROMOSI studio pilates anda!

Membongkar Kebohongan mengatakan...

Bayangkan, bila pemirsa kehilangan (ditinggal mati) oleh adik kandung...dikarenakan suatu tindakan orang lain, yang pasti pemirsa lakukan adalah melaporkannya ke polisi dan menyewa pengacara untuk menuntut secara hukum yang berlaku,

Bukannya malah ujung-ujungnya beriklan/promosi studio milik sendiri...bukan?

Penulis blog ini kalau tidak bodoh (karena mampu mengarang cerita tapi kurang sempurna) pastilah sakit jiwa (beriklan ditengah kematian dik kandungnya).

Membongkar Kebohongan mengatakan...

Tidak ada edukasi yang bisa diambil dari orang yang gemar berbohong...kalau suka Pilates, silahkan lanjutkan...atau bila anda buka studio Pilates, semoga anda ramai dan sukses...tapi sifat iri dan dengki anda melihat kemajuan studio kesehatan lain saingan anda, menunjukkan kekerdilan jiwa anda.

Malah sebisa mungkin, hindari bergaul dengan orang yang kerap membuat masalah karena cepat atau lambat anda pun akan terlibat masalah, bahkan kepribadian anda akan terpengaruh aura negatif...yakinkah anda ingin belajar dari pelatih Pilates yang seperti itu? Masih banyak pilihan lain.

Vita Natassa mengatakan...

Dear Membongkar Kebohongan, betul sekali anda, bahwa saya dititipkan Tuhan studio Pilates, yang menjadi penyesalan saya, saya tidak bisa menolong adik saya almarhumah. Saya ingin bertemu dengan anda, bicara secara langsung di kantor kuasa hukum keluarga kami : BM & Partners Law Office, Wisma Haroen, Jl Raya Pasar Minggu no 2A (samping RS Tria Dipa), Jakarta Selatan. Saya tunggu hari Kamis, 17 September 2015, jam 11 siang, atau di Mapolda Metro, Ged Reskrimum Unit I Renakta. Terserah, anda mau pilih bertemu dengan saya dimana.

Salam, Vita

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Yanti mengatakan...

Dear Membongkar Kebohongan, lain kali kalau mau comment lebih hati2. Pertama, Anda tidak tau kebenarannya seperti apa. Kedua, anda tidak tau anda berhubungan dengan siapa. Tolong hargai orang lain dan berkaca. Anda komen seperti itu karena justru anda RAJA BOHONG.

Unknown mengatakan...

Saya menulis berdasarkan kisah nyata dan ada fakta dan saksi pendukung. Saya tdk mencemarkan nama baik siapa pun. Saya hanya mengkritisi ilmu chiropractic. Mereka benar2 ilmu atau hanya sesuatu yg blm teruji secara ilmiah? Anda siapa ya, koq menyuruh saya menarik tulisan diatas?

Unknown mengatakan...

Saya ingin menangapi komentar anda (komentar pertama - membongkar kebohongan).
Setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing, dan pemilik blog ini (penulis), menuangkan tulisan yang benar.
Ini merupakan pengalaman pribadi beliau.

Mengapa saya yakin? karena saya kenal dengan adik korban.
Semasa saya mengenal adik korban, memang dia kadang mengeluhkan bagian belakangnya, entah pegal atau hal lainnya.

Tapi selang 2 tahun kemudian saya mendapat kabar buruk. Sayang saya tidak dapat bertemu dengan beliau.
Banyak hal yang saya pelajari.

Saya sangat menyayangkan perihal chiropractic ini!
Dan tolong, jangan mengjudge orang sembarangan.

Kata-kata anda "Penulis blog ini kalau tidak bodoh (karena mampu mengarang cerita tapi kurang sempurna) pastilah sakit jiwa (beriklan ditengah kematian dik kandungnya)." amat mengecewakan. Penulis hanya menuangkan cerita beliau. Kalau tidak suka, jangan mengatai donk.. Anda juga ga tau kejadian seperti apa!!

Ursula penny mengatakan...

Innalilahi wainnailahi rajiun, turut berduka cita sedalam2nya. Dr. Randal Cafferty sendiri memang banyak "mengiklankan" dirinya di medsos, dan INI JELAS BERTENTANGAN dengan SUMPAH DOKTER. Kami, sbd dokter, disumpah, dan dlm sumpahnya, kami tdk bolh mengiklankan diri DALAM BENTUK APAPUN. dokter randal cafferty sndiri selain itu sangat lihai memainkan posisi, shg kini bs dengan mudah resign dan lepas tangan.. Entah apapun, semoga masalah ini segera diusut dan tdak jatuh korban serupa....
ttps://www.google.co.id/search?q=dr+randal+cafferty&oq=dr+randal+cafferty&aqs=chrome..69i57.2170j0j7&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-8

Unknown mengatakan...

Kasus spt ini apa tdk dilaporkan ke polisi dan IDI sbg kasus malpraktek mbak krn kalo mmg dia dokter yg mendalami chiro apalagi dia asalnya dari luar negeri hrsnya dia punya ijin praktek dr IDI. Saya sarankan utk lapor ke IDI utk menindaklanjuti kasus ini spy kedepannya tdk ada lg dokter2 asing yg sembarangan praktek dgn mudahnya di indonesia dan mjdkan masyarakat sbg korban..

ado mengatakan...

chiropractic memang nggak akan diakui oleh kementerian kesehatan, karena dipandang sebagai praktik pseudoscience. atau sains palsu. tidak teruji secara ilmiah dan uji klinis. prosedur seperti ini di luar negeri juga nggak diakui oleh pemerintah.

chiropractric doctor bukan dokter yg menempuh pendidikan medis. cuma sebutan aja. sehingga nggak akan bisa diadukan ke IDI. coba aja tanya ijasah dokternya kemungkinan besar nggak ada. nggak ada universitas yg ngajarin studi chiropractic. ini kalo di indonesia anggep aja dukun pijat deh. Semoga konsumen kesehatan di Indonesia cerdas memilih terapi.

turut prihatin dan berduka atas kepergian adiknya mbak. semoga beilau mendapat tempat yang indah di sisi Tuhan YME.

Unknown mengatakan...

Ya chiropractice itu termasuk pengobatan alternatif, bukan medis kedokteran, siapa sj bisa belajar ilmu chiropratice, bukan dokter. Sama sj dgn berobat ke tukang gigi bukan ke dokter gigi. Semoga masyarakat mengerti.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Mbak saya turut berduka cita dan terima kasih atas sharing informasinya. Terus terang saya turut prihatin dengan mal praktek seperti ini. Chriropractor sebenarnya tidak bisa disamakan dengan dokter (medical doctor) karena pendidikannya berbeda. Saya mencoba cek nama praktisi yang bersangkutan (Randall Caferty) karena biasanya mereka publish nama praktisi dan terutama apabila ada praktisi yang izinnya di suspend atau di cabut karena pelanggaran.

Dari link berikut ini tertera bahwa Randall Cafferty di tahun 2013 melakukan pelanggaran. http://www.chiro.ca.gov/enforcement/march_2013.pdf
Perlu di lakukan penelusuran lebih lanjut apakah ini orang yang sama. Apabila sama perlu dilaporkan juga ke Board of Chiropractor of California, supaya izin yang bersangkutan di cabut atau tindakan hukum lain.

Ada beberapa modus ketika izin yang bersangkutan di cabut di US maka praktisi tersebut pergi ke negara lain yg sistem perizinannya tidak jelas (seperti Indonesia) dan tidak ada background check. Ini sekedar saran bagi para pembaca apabila pergi ke suati klinik, di cek dulu latar belakang praktisinya, dan jangan karena asalnya dari luar negeri sudah dianggap bagus, padahal mungkin saja yang bersangkutan justru pergi dari negeri asalnya karena tidak laku atau izinnya dicabut. Ini hanya sekedar berbagi pemikiran. Terima kasih.

Anonim mengatakan...

Dr. Kurniawan, SpOT: ORTHOPAEDIST vs CHIROPRACTORS
http://drkurniawanspot.blogspot.co.id/2012/05/orthopaedist-vs-chiropractors.html?m=1

Anonim mengatakan...

Berdasarkan informasi (pencarian via google), Randall Cafferty ini merupakan lulusan Cleveland Chiropractic College Los Angeles, dimana Kampus yang bersangkutan di Los Angeles sudah tutup sejak 2011.

Unknown mengatakan...

Turut berduka cita yang mendalam dengan wafatnya sang adik terkasih. Semoga Almarhumah beristirahat dalam damai bersama Tuhan YME. Kiranya Tuhan YME karuniakan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi kedukaan ini. Amin.

Sekiranya boleh, mohon tetap perjuangkan kasus malpraktik ini agar tidak ada lagi korban korban lain. Terima kasih.

rastyakarin mengatakan...

Bego lo.. orang lagi sedih bisa bisanya lo ngomong sampah kyk gini!!!

Unknown mengatakan...

Turut berduka cita mba, baru tau berita ini minggu lalu dan turut senang krn sekarang sudah mulai ada langkah nyata dari Pemda dan kepolisian ya... semoga bisa tuntas kasusnya dan yg bersalah dihukum setimpal. Aamiin.

Anonim mengatakan...

Tutup semua klinik chiropractic di indonesia dan deportasi semua dokter asing di indonesia.. jgn sampai kasus allya trulang

LevioraShallom mengatakan...

Turut berduka cita atas kejadian yang dialami saudara anda, semoga pihak keluarga bisa diberi kekuatan dan ketabahan menghadapi cobaan ini. Menanggapi soal chiropractic, terus terang saya agak kecewa karena seluruh klinik chiropractic ataupun chiropracticnya sendiri dihakimi seperti saat ini. Karena sesungguhnya saya pernah menjalani pengobatan ini. Saya menderita keluhan sakit pinggang menahun, berawal dari menurunkan monitor komputer model lama dari mobil. Saat saya menarik keluar, posisi saya yang sedang mundur kaki kiri saya terjeblos ke dalam selokan, sehingga posisi tubuh saya berdiri dengan 1 kaki kiri di selokan sambil menahan monitor agar tidak jatuh. Kejadian itu sudah lebih 7 tahun. Mulai dari tukang urut sampai pengobatan alternative, mulai dari wilayah bandung, sekitar jawa barat, sampai jakarta dan bogor, bekasi, tanggerang. Bahkan sampai saya pulang ke palembang kampung halaman saya. Puluhan tempat berobat saya kunjungi. Begitupun pengobatan akupuntur dan terapi lainnya. Dan tentu saja, pengobatan medis juga sudah saya jalani. Saat di MRI, saya didiagnosa mengalami sciatica, dan pemgobatan fisioterapi puluhan kali saya jalani, sampai akhirnya di sarankan melakukan suntikan steroid atau mau pilih operasi . krn takut operasi dan biayanya mahal saya hanya bisa pilih suntikan steroid utk menggurangi rasa sakit. Sampai suatu hari sepupu saya di jakarta menyarankan saya mencoba chiropractic. Saat liburan tahun baru 2014 tahun lalu saya ke jkt, di jkt hanya sempat 2 minggu dan menjalani terapi chiropractic 2x. Dan saat pertama saya diterapi saya sudah merasa luar biasa sekali, walau belum pulih 100% tapi saya bisa merasakan bahwa penyakit saya mengalami kesembuhan yg sangat positive. Dipertemuan ke 2 saya katakan bahwa saya harus pulang ke palembang hingga tidak tau kapan bs berobat lg. Saat terapi ke 2 saya menjalani terapi lebih dari 3 jam. Dan progres kesembuham saya benar benar mendekati pulih. Saya disarankan jgn byk beraktifitas berat dulu dan 1 minggu dari itu, saat di palembang saya sudah sembuh, sampai hari ini sudah 2 tahun lebih. Ketika mendengar musibah ada yg meninggal krn chiropractic saya turut prihatin, tapi melihat kenyataan semua klinik chiropractic ditutup, saya jadi merasa kurang fair. Walau bagaimanapun malpraktik yg harus disalahkan dan dihukum adalah pelakunya, bukan seluruhnya. Seputar perihal perizinan, saya pikir lebih baik dicari jln terbaik. Krn walau bagaimanapun saya sangat berterima kasih bisa sembuh total krn chiropractic padahal sudah begitu lama saya sakit dan mencoba berbagai pengobatan. Maaf bila tulisan saya kurang berkenan, adapun saya sama sekali tidak bermaksud menyudutkan ataupun menyakiti pihak manapun.

LevioraShallom mengatakan...

Turut berduka cita atas kejadian yang dialami saudara anda, semoga pihak keluarga bisa diberi kekuatan dan ketabahan menghadapi cobaan ini. Menanggapi soal chiropractic, terus terang saya agak kecewa karena seluruh klinik chiropractic ataupun chiropracticnya sendiri dihakimi seperti saat ini. Karena sesungguhnya saya pernah menjalani pengobatan ini. Saya menderita keluhan sakit pinggang menahun, berawal dari menurunkan monitor komputer model lama dari mobil. Saat saya menarik keluar, posisi saya yang sedang mundur kaki kiri saya terjeblos ke dalam selokan, sehingga posisi tubuh saya berdiri dengan 1 kaki kiri di selokan sambil menahan monitor agar tidak jatuh. Kejadian itu sudah lebih 7 tahun. Mulai dari tukang urut sampai pengobatan alternative, mulai dari wilayah bandung, sekitar jawa barat, sampai jakarta dan bogor, bekasi, tanggerang. Bahkan sampai saya pulang ke palembang kampung halaman saya. Puluhan tempat berobat saya kunjungi. Begitupun pengobatan akupuntur dan terapi lainnya. Dan tentu saja, pengobatan medis juga sudah saya jalani. Saat di MRI, saya didiagnosa mengalami sciatica, dan pemgobatan fisioterapi puluhan kali saya jalani, sampai akhirnya di sarankan melakukan suntikan steroid atau mau pilih operasi . krn takut operasi dan biayanya mahal saya hanya bisa pilih suntikan steroid utk menggurangi rasa sakit. Sampai suatu hari sepupu saya di jakarta menyarankan saya mencoba chiropractic. Saat liburan tahun baru 2014 tahun lalu saya ke jkt, di jkt hanya sempat 2 minggu dan menjalani terapi chiropractic 2x. Dan saat pertama saya diterapi saya sudah merasa luar biasa sekali, walau belum pulih 100% tapi saya bisa merasakan bahwa penyakit saya mengalami kesembuhan yg sangat positive. Dipertemuan ke 2 saya katakan bahwa saya harus pulang ke palembang hingga tidak tau kapan bs berobat lg. Saat terapi ke 2 saya menjalani terapi lebih dari 3 jam. Dan progres kesembuham saya benar benar mendekati pulih. Saya disarankan jgn byk beraktifitas berat dulu dan 1 minggu dari itu, saat di palembang saya sudah sembuh, sampai hari ini sudah 2 tahun lebih. Ketika mendengar musibah ada yg meninggal krn chiropractic saya turut prihatin, tapi melihat kenyataan semua klinik chiropractic ditutup, saya jadi merasa kurang fair. Walau bagaimanapun malpraktik yg harus disalahkan dan dihukum adalah pelakunya, bukan seluruhnya. Seputar perihal perizinan, saya pikir lebih baik dicari jln terbaik. Krn walau bagaimanapun saya sangat berterima kasih bisa sembuh total krn chiropractic padahal sudah begitu lama saya sakit dan mencoba berbagai pengobatan. Maaf bila tulisan saya kurang berkenan, adapun saya sama sekali tidak bermaksud menyudutkan ataupun menyakiti pihak manapun.

Pengikut